Bagi orang tua, menerapkan aturan dan membiasakan rutinitas tertentu sejak usia muda dapat membantu meningkatkan kedisiplinan anak. Namun sering ditemui orang tua mengalami kesulitan untuk bersikap seimbang antara bertindak terlalu tegas atau terlalu lunak. Dalam hal ini, Blake Griffin Edwards, seorang terapis pernikahan dan keluarga, mencatat bahwa pengasuhan yang benar dan efektif dapat mendorong dua faktor penting dalam perkembangan anak: rasa peduli dan kemandirian. Dalam hal ini, terdapat tiga metode yang orang tua lakukan untuk mendidik kedisiplinan pada anak mereka.
1. Pola Pengasuhan yang Keras
Orang tua yang menggunakan metode ini biasana memilih tindakan tegas agar anak mereka mengikuti mereka. Mereka cenderung menggunakan cara kasar untuk mendidik anak-anak. Hal ini mungkin memang membuat si kecil menurut, tetapi seringkali karena takut pada ayah dan ibu mereka.
Berikut beberapa karakteristik orang tua yang keras:
– Suka menuntut, tetapi tidak menanggapi kebutuhan emosional anak-anak
– Kaku, kasar, dan keras
– Provokatif dan menggunakan hukuman untuk mendisiplinkan
– Mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dan mematuhi aturan dan arahan yang ditetapkan
– Tidak menyebutkan alasan di balik aturan dan ekspektasi yang telah mereka tetapkan
Ingin dihormati, tidak boleh dipertanyakan
– Tidak ada salahnya memang untuk menjadi tegas. Akan tetapi pola asuh seperti ini juga dapat berdampak negatif pada anak. Beberapa penelitian telah menemukan adanya perilaku buruk dan agresif seseorang dengan pola asuh yang keras, yang dapat membuat seorang anak tumbuh dengan marah, kesal, takut, dan menurut hanya jika dipaksa.
Baca juga : 3 Kekuatan Ibu Rumah Tangga Yang Serbaguna
2. Pola Asuh Permisif
Ayah dan ibu sering merasa bersalah saat membentak anak-anak mereka. Itulah yang membuat mereka menjadi orang tua yang permisif (selalu memperbolehkan). Mereka terlalu memanjakan anak-anak dan kurang tegas dalam menanamkan kedisiplinan. Ciri-ciri pola ini adalah:
– Memenuhi kebutuhan emosional anak-anak, tetapi tidak pernah menuntut
– Terlibat dalam keseharian anak, memelihara, dan menerima
– Ingin disukai dan diterima oleh anaknya
– Bersikap seperti seorang teman
– Anak-anak berkembang sesuai didikan dan aturan sehingga mereka akan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jika orang tua membiarkan anak-anak melakukan apa pun yang mereka suka (tanpa filter), orang tua tanpa sadar telah mendukung atau menghargai perilaku menyimpang anak. Hal ini dapat membuat seorang anak tumbuh dewasa dengan sikap pengendalian diri yang kurang baik.
3. Pola Asuh yang Disiplin
Pola asuh ini sering disebut dengan pola asuh otoritatif. Menurut para ahli, pola ini adalah pola yang paling sehat dan paling efektif untuk menanamkan disiplin. Dalam pola ini, orang tua membimbing anak-anak mereka dengan aturan-aturan, tetapi juga memberi ruang bagi anak-anak untuk belajar dan mengeksplorasi. Berikut ciri pola pengasuhan ini:
– Selaras dan tanggap terhadap kebutuhan anak-anak
– Menetapkan batasan tetapi mendorong kemandirian
– Tegas tapi tidak kaku
– Berfokus pada menanamkan nilai-nilai kunci seperti menenangkan diri, menunda kepuasan, komunikasi konstruktif, keadilan, dan kerja sama
– Memungkinkan dialog terbuka
– Mendorong anak-anak untuk membuat keputusan sendiri
Baca juga : Tips Ibu Mengatasi Anak Yang Bandel
Normal bagi seorang anak untuk berperilaku tidak pantas. Orang tua yang disiplin dapat membedakan bahwa perilaku anak mereka disebabkan oleh beberapa faktor, seperti terlalu muda untuk memiliki kendali diri, kewalahan dengan emosi, atau sedang mencari cara untuk menegaskan diri mereka sendiri. Dalam pola pengasuhan disiplin, ayah dan ibu adalah orang tua bagi anak-anak, tetapi pada saat yang sama anak-anak juga tahu bahwa orang tua bisa menjadi teman. Orang tua dapat menjelaskan alasan di balik aturan, batasan, dan konsekuensi yang mereka tetapkan dan sebagai hasilnya, anak-anak mereka tumbuh percaya diri dan mampu mengatur dirinya sendiri.